Jabal Nur (Bukit Nur)

Jabal Nur terletak sekitar 7 km sebelah barat masjidil Haram. Tingginya kurang lebih 642 meter. Dinamakan Nur yang artinya cahaya, karena di bukit ini terdapat Gua Hira’, tempat Nabi saw menyendiri beribadah sehingga terpancar nur atau cahaya nubuwwah. Di bukit ini Rasulallah saw menerima wahyu pertama: ”Iqra’” (Bacalah).

Untuk naik keatas puncak bukit tidak semudah yang kita duga, diperlukan waktu sekitar satu jam. Awalnya memang terasa mudah. Batu-batuan yang ada di sana bisa dijadikan tempat berpijak. Akan tetapi, habis sekitar 15 menit mendaki, ketika nafas sudah mulai tersengal, jalan setapak saja terasa sangat berat. Begitu tiba di puncak bukit Nur yang bentuknya seperti tharbusy atau kopiah Turki, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan. Dari situ kita bisa lihat kota Mekah keseluruhannya

Di puncak bukit Nur ada gua Hira’ yang letaknya agak curam dari puncak bukit, tapi sudah dibuat tangga yang permanen dan dinding yang tinggi untuk menjaga agar tidak jatuh ke jurang. Setibanya di bawah, kita harus belok ke kanan dan melewati celah sempit di antara dua batu besar. Sesudah melewati itu kita akan dapatkan gua yang sangat bersejarah “Gua Hira’”. Gua ini tidak terlalu luas ukurannya hanya cukup bisa diduduki oleh 3 orang. Saya sangat bersyukur bisa sholat dua rakaat di atas batu dimana Rasulallah saw pernah shalat. Dari dinding gua sebelah kanan, ada semacam celah yang menghubungkan gua ini dengan udara bebas di luar sehingga angin bisa masuk berhembus ke dalam gua, dan terasa sejuk. Kalau dari luar gua kita memandang ke arah bawah, maka dari jauh masjidil haram bisa terlihat jelas. Sungguh, bila tak ada bangunan lain yang menghalangi Ka’bah, maka pandangan kita akan langsung menuju Ka’bah sebagaimana Rasulullah dulu sering memandangi Ka’bah dari tempat ini.

Subhanallah.., sebuah pemandangan yang tak mungkin bisa dilupakan. Terbayang bagaimana perjuangan Rasulullah saw dahulu ketika menyendiri beribadah di tempat itu dan berjumpa dengan malaikat Jibril as pertama kali. Sungguh tidak mudah. Tidak tahu apa yang saya harus lakukan di tempat itu. Dada saya terasa sesak. Air mata berleleran di pipi. Tak mampu saya menyimpan kenangan dan keindahan Gua Hira’. Peristiwa yang saya saksikan pada hari itu bukan semata mata peristiwa yang kebetulan, tapi itu adalah kenyataan yang membuat diri saya tidak percaya.  Alhamdulillah.

Wallahu’alam